Entah siapa yang mengatakan bahwa jika kita sedang merasakan overthingking maka dengan menulis adalah jalan terbaik untuk meredakan segala hal yang berlalu lalang dalam pikiran. Sependek pengalamanku menulis berbagai cerita payah yang tidak layak baca, proses menulis memang membawaku merasa lebih tenang pada akhir titik penutup cerita yang aku tulis. Segala pikiran yang selalu membayang dan menjadi pertanyaan serta tak mendapat tempat ‘pas’ untuk dikeluarkan akhirnya tersalurkan melalui pertemuan ujung jari dengan permukaan keyboard laptop kesayangan. Setiap tulisan yang tertulispun tidak pernah dimulai dengan judul layaknya syarat dalam tulis-menulis. Judul adalah proses terakhir sebagai kesimpulan dari ratusan kata yang sudah ku ketik.
Aku baru saja ingin memulai bab 3 proposal penelitianku. Sedikit jenuh karena setiap hari hanyalah jurnal dan buku selalu aku tatap. Tapi, proses itu yang membuat kita melestarikan cakrawala pikiran agar semakin meluas. Proses akhir pendidikan adalah hal menakutkan bagiku. Sejak SD hingga SMA, UN atau Ujian Nasional adalah hal menakutkan bagiku. Aku selalu merasa pesimis tidak dapat mengerjakannya. Tapi, pada akhirnya aku bisa melaluinya, kita pernah melaluinya. Pendidikan yang sedang berjalan ini aku memasuki tahap akhir yang kembali menakutiku, SKRIPSI atau TUGAS AKHIR. Pikiran masa lalu kembali menghantui, aku takut tidak dapat mengerjakannya. Itu yang selalu aku pikirkan.
Apakah skripsi semenakutkan itu? tergantung artikel apa yang kubaca, jika tak sengaja aku membaca artikel dimana proses si penulis mengerjakan skripsi penuh dengan kesulitan dalam prosesnya, maka pesimis jugalah diriku. Tapi jika aku membaca artikel dimana si penulis memotivasi bahwa skripsi tidak se-mengerikan itu dan dapat dilalui jika kita yakin, maka tenanglah hati ini.
Banyak berbagai judul yang sudah aku coba, padahal belum aku konsultasikan. Itu semua karena dari bacaan-bacaan jurnal yang aku baca.
“sepertinya ini relate”
“permasalahannya sama nih”
“eh, atau ambil judul ini aja ya? kayaknya menarik deh”
“kayaknya judul ini jarang yang pakai deh”
Dan berbagai ketidak-yakinan lainnya, membuatku lambat untuk berproses dari teman-temanku yang lain. Permasalan lain adalah aku yang selalu ingin berbeda dan menarik dari teman-teman yang lain. Padahal, skripsi tidak harus seperti itu. Dasar, aku!
Karena ketidakoptimis-an aku yang sepertinya nyakitin diriku sendiri, aku menon-aktifkan segala media sosial dan mengurangi segala interaksi dengan teman-temanku. Untuk perihal non-aktif media sosial udah sering aku lakuin, ngerasa tiak percaya diri dan takut juga sebenarnya ngeliat proses orang lain yang selalu di pamerkan. Iya, terlalu melihat orang lain banget dan terlihat apatis. Tapi, dengan hal seperti itu aku bisa sedikit tenang dengan peduli pada diriku dan melakukan segala sesuatu tanpa perlu ‘dikarenakan’ ’proses orang lain.
Entah alasan apalagi untuk menutupi bahwa aku memang “si tidak percaya diri” dan “tukang iri”.