Jika Kita Tak Lagi Bersama

Meyakinkan diri bahwa kamu akan jadi satu-satunya. Bagaimana jika tidak?

septiwhyy
2 min readMay 14, 2024
Photo by Tom Crew on Unsplash

Kelemahanku adalah rasa percaya. Meyakinkan diriku untuk kembali percaya setelah tak jauh sebelumnya aku baru saja dipatahkan. Bagaikan putri malu yang kembali merekah dengan kokoh membentangkan tulang daunnya meskipun tahu bahwa ia akan kembali terinjak. Tertutup, lalu, salah satu bagiannya mungkin mati, namun tetap akan kembali terbuka meskipun tahu bahwa hal yang sama mungkin saja terulang.

Hubungan manusia memang datang dan pergi. Pun yang pergi akan selalu ada pengganti. Aku belajar untuk tidak lagi berharap pada sesuatu yang jelas belum bisa meyakinkanku sepenuhnya. Meski terkadang aku masih sering gagal menerapkan apa yang aku pelajari.

Setiap pengganti, punya pribadi yang unik, kelemahan yang masih bisa ditoleri, dan kelebihan yang bisa aku syukuri. Pada siapapun yang pernah singgah selalu memberikan warna berbeda meskipun pada akhir cerita mereka memberikan warna yang sama.

Bagaimana jika kita tak lagi bersama?

Tentu rasa sedih akan kurasakan. Membayangkan kebahagiaan yang pernah sama-sama kita ciptakan. Rasanya, sayang sekali jika harus dilenyapkan. Tapi, hal itu akan aku nikmati dari waktu ke waktu, hingga akhirnya aku ikhlas menutup bab yang kesekian ini denganmu.

Aku akan kembali fokus pada diriku sendiri. Tak lagi harus berbagi waktu untuk sekedar mengabari. Menikmati kerasnya hidup, bekerja, dan belajar tanpa ada lagi ucapan semangat dan selamat darimu. Mungkin akan terasa berbeda karena kebiasaan yang sebelumnya selalu kita lakukan, tiba-tiba berhenti dan mencoba terbiasa seperti sebelum hal-hal itu terjadi.

Kita sama-sama kembali pada bab awal. Hubunganmu denganku juga baru pertama kali kita rasakan. Setelah diselami lebih dalam nyatanya tidak semudah dan seindah yang kita bayangkan. Lalu, kembali ke permukaan adalah jalan satu-satunya dan itu yang harus kita terima.

--

--