Some of them hate it. Some of them didn’t like to read. Some of them just read the first paragraph and last paragraph, then make their conclusion I need to underline the meaning of “someone I love”. There are many meanings I can explain from that sentence. …

Kami berakhir dengan berbahagia. Tidak ada lagi berburuk sangka. Layaknya kami yang memulai dengan penuh canda, semua akan kembali seperti semula dan kami akan tetap baik-baik saja. Tidak tahu akan kembali bertemu seperti apa dan bagaimana nanti tuhan menorehkan caranya. Yang kami tahu, tidak ada lagi perasaan yang harus di adu. Semua telah usai untuk menanti takdir seperti apa yang akan terukir. Sembari memantaskan diri pada pelukan siapa diri kami akan berakhir.

Mungkin pula kata “kita” belum layak disematkan bagi dua insan yang masih terombang-ambing gelombang perasaan yang tidak tahu akan berderu kemana. Tepatnya, saya dan tuan belum jelas. Namun, sudah berjalan jauh tanpa batas. Kita ini apa, tuan? Berbagi cerita dan pengalaman layaknya t’lah mengenal sewindu lamanya. Rasanya pula hanya saya yang terlalu jauh mencari kejelasan. Tuan sekedar penasaran. Kita ini apa, tuan?

Ketika aku memilihmu, percaya atau tidak bahwa aku membuang segala bentuk keras kepala mengenai pasangan “idaman” yang selalu kubayangkan sejak bangku SMA. Ketika aku memilihmu, percaya atau tidak aku meyakinkan diri bahwa tidak ada manusia yang sempurna bahkan untuk menutupi kekurangan yang kumiliki begitu pula kelebihanku pun tidak mampu menutup…

Foto dengan latar biru yang menghiasi dompet masing-masing, Gaun indah serta jas menunggu dipakai, Undangan manis yang siap disebarkan, Keluarga dan kerabat yang menunggu hari bahagia, Kita yang masih ragu apakah benar akan selamanya bersama? Lembar baru ini menunggu untuk terisi. Tapi, jiwa kita belum penuh terisi. Tidak ada kata terlanjur ataupun kasihan pada apa yang terjadi. Masing-masing diri memang harus saling membenahi.

Tak perlu terlalu serius, sesekali anggaplah yang datang hanya untuk bercanda dan penasaran. Semua yang datang tidak selalu memberikan kesenangan. — Terkadang hidup selucu ini. Bahkan tidak jarang diri ini juga melakukan hal yang sama pada orang lain. Tidak perlu merasa tersakiti dan bersedih. Anggap saja apa yang telah terjadi adalah umpan balik dari diri yang juga tidak tahu diri. Biarkan semua mengalir.

I return to doubt. Feelings that I have repeatedly felt. The truth is, I am never prepared for misfortune. Returning to the question of which part is wrong and should not exist. Hating the right things and not falling by blaming oneself. Should I hate our feelings or the encounters that have happened? Should I lose as quickly as the first meeting? Or should I truly hate myself for having believed?

Aku harap kau mampu mengokohkan pundakmu untuk menopang sedikit bebanku. Mempersilakan kepalaku untuk berada di sana sembari memandang pulau nan jauh di sebrang, jari-jari yang beradu untuk digenggam, hingga sampai pada rangkulan hangat dengan elusan penenang. Aku ingin bercerita banyak hal tentang keresahan, kegelisahan, keinginan, atau ketakutan yang tak pernah…

Pertemuan yang rutin terkadang membosankan. Pemberian jarak dibutuhkan bukan untuk memisahkan. Justru, jalan untuk saling menguatkan dan saling merindukan.